Friday 4 March 2016

13:07
Gunung Sumbing adalah gunung api yang sudah lama sekali tidak meletus atau erupsi. Gunung ini terakhir kali erupsi adalah pada tahun 1730. Gunung Sumbing terletak di Jawa Tengah yakni masuk dalam kabupaten Magelang, Temanggung, dan Wonosobo. Gunung Sumbing sudah tidak aktif lagi namun di puncaknya masih terdapat kawah.
Gunung Sumbing memiliki ketinggian 3.371 mdpl. Kondisi alam di sekitar kaki gunung Sumbing sangat subur sehingga banyak dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai perkebunan.
Pendaki harus benar-benar menghormati kebiasaan penduduk lereng gunung Sumbing, banyak pantangan yang harus diperhatikan diantaranya tidak merusak tanaman, tidak mengganggu kebun penduduk, tidak membuang sampah, berhati-hati jika menyalakan api karena rawan kebakaran, berlaku sopan, tidak sombong, ramah bila berjumpa penduduk, tidak mengeluh, dan tidak buang air di sembarang tempat.
Sebaiknya pendaki tidak meletakkan barang-barang diluar tenda karena gunung Sumbing masih agak rawan. untuk itu sikap ramah, sopan dan penuh waspada para pendaki sangat diperlukan. 


RUTE GARUNG
Sebenarnya jalur yang Anda tempuh untuk mencapai ke gunung ini sama dengan perjalanan menuju Gunung Sundoro. Dari Purwokerto naik bus besar jurusan Semarang, melewati Wonosobo, begitu juga sebaliknya. Kalau ke Gunung Sundoro Anda turun di desa Kledung, maka untuk mencapai Gunung Sumbing Anda harus turun di depan gapura desa Garung. Desa ini terletak di jalan menurun arah Wonosobo. 
Berjalanlah sekitar 500 meter atau dapat juga naik ojek menuju ke Base Camp. Tidak lama, paling 15 menit berjalanan kaki. Di desa Garung/Butuh ini tidak ada losmen untuk bermalam. Namun, Anda bisa bermalam di rumah kepala desa, sekaligus mendapatkan informasi mengenai Gunung Sumbing.
Alamat lengkap Base Camp Garung: STICK PALA ( Satuan Induk Bocah Bocah Karang Taruna Pecinta Alam ). Desa Butuh, Dusun Garung, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah. 


Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak sekitar 8 jam dengan menempuh jarak 7 km. Mulai dari Base Camp Anda sudah menemui lajur yang menanjak. Setelah tanjakan pertama Anda akan melewati kebun sayur, tetapi jalannya tetap menanjak.
Jalur lama udah jarang dipake karena terlalu terjal buat pendakian dan relatif kurang aman. KM IV dimulai dari Bosweisen (batas ladang dan hutan) Kondisi jalan tanah liat dan tanah merah berpasir, di kanan kiri jalur rerumputan dan pepohonan kecil. Perjalanan akan semakin menanjak melewati dua buah bukit yakni bukit Genus dan Sedlupak. Jalan berupa tanah merah berpasir. Kalau lagi beruntung, saat kita masuk hutan, kita bisa ketemu ama setan belanda yg konon badannya tinggi dan bentuknya sangat seram. 
Jalur Baru Setelah melewati ladang pertanian sampailah di perbatasan hutan di kawasan Bosweisen (batas ladang dan hutan) yang merupakan batas KM III. Kondisi jalan berupa tanah liat dan tanah merah berpasir. Di sepanjang kawasan ini terdapat beberapa jenis burung dan ayam hutan.  
Kemudian melewati hutan pinus, kalau beruntung, apabila naik malam hari kita bakalan ditemenin ama orang yang seusia dan berjenis kelamin sama dengan pakean putih. Kita bakal ditemenin kalau terpisah dari kelompok dan bakal ditemenin sampai gabung lagi sama kelompok. Tapi sayangnya, saat kita ajak ngobrol, dia tidak akan menjawab dan selalu diam.
Setelah menyeberangi sungai di Kedung terdapat Pos peristirahatan Pos I. Perjalanan selanjutnya kita akan sampai di Pos II (Gatakan) pada ketinggian 2.240 mdpl. Di pos ini pendaki dapat mendirikan tenda, dibandingkan tempat lain, tempat ini cukup terlindung dari hempasan angin kencang, disamping itu pendaki dapat mengambil air bersih dari sungai yang tidak terlalu jauh. Tempat ini terkenal keangkerannya, pendaki yang berkemah disini sering mendapat gangguan Sundel Bolong. 
Di Pestan (Peken Setan/Pasar Setan) pada ketinggian 2.437 mdpl, terdapat tempat terbuka yang cukup luas, pendaki dapat mendirikan tenda untuk beristirahat. Konon pendaki akan mencium bau semerbak bunga, bila bau bunga ini mengikuti dia, maka ada sosok mahkluk halus yang membuntutinya. Di sini jalur lama dan jalur baru bertemu.  
Kawasan ini tidak ada pohonnya berupa padang rumput dengan sedikit pohon kecil, sehingga angin kencang sering menerpa tenda. Selain itu pendaki harus waspada karena sering ada badai yang cukup besar dan berbahaya. Kondisi jalan berupa tanah merah berpasir.
Selanjutnya kita sampai di Pasar Watu dimana banyak terdapat batu berserakan. Di depannya dinding batu berdiri. Jalur disini kelihatannya rawan soalnya bener-bener terbuka dengan kanan dan kiri jurang. Pendaki harus mengambil jalan kekiri sedikit menurun mengelilingi dinding batu terjal. Jangan mengambil jalan lurus dengan cara memanjat dinding terjal ini karena jalur ini buntu.Dengan cara menelusuri sisi-sisi batuan terjal, Kemudian kita akan tiba di Watu Kotak (2.763mdpl) sebuah batu yang besar seperti kotak yang memiliki ceruk, dapat digunakan untuk berlindung dari tiupan angin dan hujan. Di tempat ini ada sedikit ruang untuk mendirikan tenda kecil. Di sini pendaki dilarang buang air di sembarang tempat, karena tempat ini adalah salah satu tempat yang keramat.
Terdapat lautan pasir, terdapat juga makam leluhur masyarakat setempat yang dikenal dengan sebutan Ki Ageng Makukuhan. Ada beberapa gua salah satunya dikenal dengan nama Gua Jugil yang merupakan gua terbesar. Di kaldera banyak kawah kecil yang berasap belerang. Pemandangannya sangat indah sehingga kita akan merasa enggan untuk meninggalkan puncak tersebut.



0 comments:

Post a Comment