Gunung Sumbing memiliki ketinggian 3.371 mdpl. Kondisi alam di sekitar kaki gunung Sumbing sangat subur sehingga banyak dimanfaatkan masyarakat setempat sebagai perkebunan.
Pendaki harus benar-benar menghormati kebiasaan
penduduk lereng gunung Sumbing, banyak pantangan yang harus diperhatikan
diantaranya tidak merusak tanaman, tidak mengganggu kebun penduduk,
tidak membuang sampah, berhati-hati jika menyalakan api karena rawan
kebakaran, berlaku sopan, tidak sombong, ramah bila berjumpa penduduk,
tidak mengeluh, dan tidak buang air di sembarang tempat.
Sebaiknya pendaki tidak meletakkan
barang-barang diluar tenda karena gunung Sumbing masih agak rawan. untuk
itu sikap ramah, sopan dan penuh waspada para pendaki sangat
diperlukan.
RUTE GARUNG
Sebenarnya jalur yang Anda tempuh untuk mencapai ke gunung ini sama
dengan perjalanan menuju Gunung Sundoro. Dari Purwokerto naik bus besar
jurusan Semarang, melewati Wonosobo, begitu juga sebaliknya. Kalau ke
Gunung Sundoro Anda turun di desa Kledung, maka untuk mencapai Gunung
Sumbing Anda harus turun di depan gapura desa Garung. Desa ini terletak
di jalan menurun arah Wonosobo.
Berjalanlah sekitar 500 meter atau dapat juga naik
ojek menuju ke Base Camp. Tidak lama, paling 15 menit berjalanan kaki.
Di desa Garung/Butuh ini tidak ada losmen untuk bermalam. Namun, Anda
bisa bermalam di rumah kepala desa, sekaligus mendapatkan informasi
mengenai Gunung Sumbing.
Alamat lengkap Base Camp Garung: STICK PALA (
Satuan Induk Bocah Bocah Karang Taruna Pecinta Alam ). Desa Butuh, Dusun
Garung, Kecamatan Kalikajar, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah.
Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai puncak sekitar 8
jam dengan menempuh jarak 7 km. Mulai dari Base Camp Anda sudah menemui
lajur yang menanjak. Setelah tanjakan pertama Anda akan melewati kebun
sayur, tetapi jalannya tetap menanjak.
Jalur lama udah jarang dipake karena
terlalu terjal buat pendakian dan relatif kurang aman. KM IV dimulai
dari Bosweisen (batas ladang dan hutan) Kondisi jalan tanah liat dan
tanah merah berpasir, di kanan kiri jalur rerumputan dan pepohonan
kecil. Perjalanan akan semakin menanjak melewati dua buah bukit yakni
bukit Genus dan Sedlupak. Jalan berupa tanah merah berpasir. Kalau lagi
beruntung, saat kita masuk hutan, kita bisa ketemu ama setan belanda yg
konon badannya tinggi dan bentuknya sangat seram.
Jalur Baru Setelah melewati ladang pertanian sampailah di perbatasan
hutan di kawasan Bosweisen (batas ladang dan hutan) yang merupakan batas
KM III. Kondisi jalan berupa tanah liat dan tanah merah berpasir. Di
sepanjang kawasan ini terdapat beberapa jenis burung dan ayam hutan.
Kemudian melewati hutan pinus, kalau beruntung,
apabila naik malam hari kita bakalan ditemenin ama orang yang seusia dan
berjenis kelamin sama dengan pakean putih. Kita bakal ditemenin kalau
terpisah dari kelompok dan bakal ditemenin sampai gabung lagi sama
kelompok. Tapi sayangnya, saat kita ajak ngobrol, dia tidak akan
menjawab dan selalu diam.
Setelah menyeberangi sungai di Kedung
terdapat Pos peristirahatan Pos I. Perjalanan selanjutnya kita akan
sampai di Pos II (Gatakan) pada ketinggian 2.240 mdpl. Di pos ini
pendaki dapat mendirikan tenda, dibandingkan tempat lain, tempat ini
cukup terlindung dari hempasan angin kencang, disamping itu pendaki
dapat mengambil air bersih dari sungai yang tidak terlalu jauh. Tempat
ini terkenal keangkerannya, pendaki yang berkemah disini sering mendapat
gangguan Sundel Bolong.
Di Pestan (Peken Setan/Pasar Setan) pada ketinggian 2.437 mdpl, terdapat
tempat terbuka yang cukup luas, pendaki dapat mendirikan tenda untuk
beristirahat. Konon pendaki akan mencium bau semerbak bunga, bila bau
bunga ini mengikuti dia, maka ada sosok mahkluk halus yang
membuntutinya. Di sini jalur lama dan jalur baru bertemu.
Kawasan ini tidak ada pohonnya berupa padang rumput dengan sedikit pohon
kecil, sehingga angin kencang sering menerpa tenda. Selain itu pendaki
harus waspada karena sering ada badai yang cukup besar dan berbahaya.
Kondisi jalan berupa tanah merah berpasir.
Selanjutnya kita sampai di Pasar Watu dimana banyak terdapat batu
berserakan. Di depannya dinding batu berdiri. Jalur disini kelihatannya
rawan soalnya bener-bener terbuka dengan kanan dan kiri jurang. Pendaki
harus mengambil jalan kekiri sedikit menurun mengelilingi dinding batu
terjal. Jangan mengambil jalan lurus dengan cara memanjat dinding terjal
ini karena jalur ini buntu.Dengan cara menelusuri sisi-sisi batuan terjal, Kemudian kita akan tiba
di Watu Kotak (2.763mdpl) sebuah batu yang besar seperti kotak yang
memiliki ceruk, dapat digunakan untuk berlindung dari tiupan angin dan
hujan. Di tempat ini ada sedikit ruang untuk mendirikan tenda kecil. Di
sini pendaki dilarang buang air di sembarang tempat, karena tempat ini
adalah salah satu tempat yang keramat.Terdapat lautan pasir, terdapat juga makam leluhur masyarakat setempat yang dikenal dengan sebutan Ki Ageng Makukuhan. Ada beberapa gua salah satunya dikenal dengan nama Gua Jugil yang merupakan gua terbesar. Di kaldera banyak kawah kecil yang berasap belerang. Pemandangannya sangat indah sehingga kita akan merasa enggan untuk meninggalkan puncak tersebut.
0 comments:
Post a Comment